Arsip Tag: Sejarah

Candi Penataran, Fakta & Sejarah Candi Hindu Terbesar di Jawa Timur

Candi Penataran berlokasi di desa penataran, kecamatan nglegok, Blitar, Jawa Timur. Candi ini berada di ketinggian 450 meter diatas permukaan laut di lereng barat daya gunung kelud.

Candi penataran merupakan candi dengan nuansa hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit dan menjadi komplek candi hindu terbesar di jawa timur dengan luas 12.946 m2.

Candi Penataran ditemukan oleh sir stamford rafless pada tahun 1815 saat menjabat sebagai letnan gubernur jendral pada masa kolonial inggris di indonesia.

Fakta dan Sejarah Candi Penataran

Selain fakta sejarah diatas, redaksi tripcetera merangkum beberapa fakta dan sejarah menarik lain terkait candi penataran yang ada di blitar ini.

1. Arsitektur Candi Penataran

candi penataran blitar

Arsitektur candi penataran sama seperti kebanyakan candi yang ada di daerah jawa timur lain yang tersusun linear dan tidak beraturan yang dikelompokan menjadi tiga bagian, yakni bagian halaman depan, tengah dan belakang.

Bagian halaman depan terdapat dua buah archa Dwapala yang menyambut di pintu gerbang utama, Archa Dwapala dipercaya sebagai penjaga pintu dan dikenal masyarakat sekitar dengan nama Reco Petung yang berangka tahun 1242 Saka atau 1320 Masehi.

Selain itu, di halaman depan candi anda bisa melihat bale agung dan pendopo yang biasanya digunakan sebagai tempat perkumpulan para tetua adat atau bermusyawarah.

Bagian kedua dari kompleks Candi Penataran adalah halaman tengah. Disini, Anda bisa menemui dua arca Dwarapala, 6 sisa bangunan, Candi Naga dan pondasi bata di sebelah timur halaman tengah.

Bagian ketiga dari kompleks Candi Penataran adalah bagian halaman belakang. halaman belakang memiliki lokasi yang lebih tinggi dibandingkan halaman depan dan halaman tengah. Disini, Anda bisa melihat 9 buah bekas banguan dengan posisi tidak beraturan, prasasti Palah yang berupa linggapala dan sisa bangunan lainnya yang memilki relief yang menceritakan candi dengan tinggi 1 meter.

Baca Juga : 10 Tempat Wisata Terbaik di Banyuwangi yang Harus dikunjungi

2. Candi Terbesar di Jawa Timur

Candi penataran merupakan candi bercorak hindu terbesar dan terluas yang ada di jawa timur, mempunyai luas komplek sekitar 12.946 m2 dan berlokasi 450 meter diatas permukaan laut di lereng gunung kelud.

3. Pada Awalnya dikenal dengna nama Candi Palah

Candi penataran pada awalnya di kenal dengan nama Candi palah berdasarkan dari prasasti yang tersimpan di dalam candi. Dari prasasti tersebut disebutkan bahwa nama candi Palah merupakan candi tempat pemujaan.

Namun, lama kelamaan Nama candi palah tak lagi familiar dan berganti menjadi Candi penataran karena berlokasi di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar.

4. Diburu Para Arkeolog

candi penataran

Candi Penataran atau candi palah dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja Çrnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 hingga 1200, sebagai candi gunung untuk upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus.

Candi Penataran ini masih berdiri kokoh dan belum mendapatkan rekonstruksi sehingga keasliannya masih sangat terjaga, Oleh sebab itu candi ini banyak di buru para arkeolog untuk dilakukan penelitian dan mengungkap lebih dalam misteri dan sejarah yang tersimpan saat itu.

5. Peninggalan Kerajaan Kediri

Candi Penataran ini ternyata awal pembangunannya saat jaman kerajaan Kediri. Dari Prasasti di dalam candi diperkirakan candi ini dibangun pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200 Masehi. Kerajaan Kediri atau Kadiri hadir di nusantara pada tahun 1045 M sampai tahun 1222 M.

Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Mengingat masa pembangunannya berada pada jaman kekuasaan Kerajaan Kediri, hampir dipastikan beberapa bagian candi dibangun pada masa itu.

6. Tempat Pemujaan Tolak Bala Gunung Kelud

candi penataran gunung kelud

Awalnya Candi Palah atau Penataran ini berfungsi sebagai tempat upacara pemujaan agar terhindar dari marabahaya letusan Gunung kelud. Gunung Kelud merupakan gunung berapi aktif dengan pola letusan yang unik.

Gunung kelud bahkan masih aktif hingga kini dan terakhir meletus pada tahun 2014 yang memuntahkan material abu hingga menutupi sebagian besar wilayah jawa.

7. Tempat Berlangsungnya Sumpah Palapa Gajah Mada

Candi penataran merupakan tempat yang paling disukai raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada saat melakukan perjalanan. Dari beragam cerita diketahui, Mahapatih Gajahmada mengucapkan sumpahnya “Sumpah Palapa” di area Candi Penataran ini.

Selain itu, Abu jenazah ken arok pendiri kerajaan tumapel yang merupakan asal mula kerajaan singasari dan Raja Majapahit juga pernah di simpan di dalam candi penataran ini.

Baca Juga : Candi Prambanan, Legenda Seribu Candi yang Dibangun Semalam

8. Dibangun Oleh Berbagai Kerajaan Besar Nusantara

Candi penataran pada awalnya dibangun pada masa pemerintahan kerajaan kediri, setelah itu ditambah dengan bangunan candi naga yang diyakini dibangun pada masa pemerintahan kartanegara yang memimpin kerajaan singasari.

Setelah Singashari runtuh, Candi penataran kembali diluaskan pembangunannya saat pemerintahan Jayanegara, yang dilanjutkan oleh Tribuanatunggadewi dan Hayamwuruk. ketiga nama tersebut merupakan Raja besar dari kerajaan Majapahit.

Dengan demikian, tiga kerajaan besar di nusantara meninggalkan jejak mereka dalam bangunan megah Candi Penataran.

Nah itulah sejarah dan fakta singkat dari Candi Penataran, Kalau Anda sedang berlibur ke Blitar, jangan lupa untuk mampir ke candi ini ya.

Dapatkan promo hotel murah dan tiket pesawat murah untuk rencana liburan anda hanya dengan tripcetera. Tripcetera your travel marketplace

Gunung Krakatau, Sejarah Letusan Maha Dahsyat Tahun 1883

Gunung Krakatau

Sulit untuk tidak menyebut perihal Gunung Krakatau saat berbicara tentang gunung fenomenal di Indonesia. Justru bukan hanya skala nasional, Krakatau bahkan turut hadir di ruang pembicaraan level internasional. Gunung ini memang populer karena letusannya berhasil menggetarkan hampir seluruh kawasan di dunia. Ngeri, kan?

Penasaran ingin tahu lebih mendalam tentang Gunung Krakatau? Berikut adalah ulasan spesial terkait hal penting yang harus kamu tahu dari gunung dengan letusan maha dahsyat pada 1883 ini.

Sejarah Gunung Krakatau

Sejarah Gunung Krakatau
Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures [CC BY-SA 3.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/3.0)]

Letusan Gunung Krakatau pada 1883 memang begitu dahsyat sehingga memicu tsunami. Tapi ternyata ledakan yang menelan puluhan ribu korban jiwa tersebut bukanlah peristiwa erupsi terbesar. Sebelum bencana tersebut, Gunung Krakatau pernah memuntahkan laharnya sehingga mampu membelah Pulau Jawa dan melahirkan Pulau Sumatera hingga saat ini berada di atas perairan Selat Sunda. Diperkirakan kejadian tersebut telah berlangsung pada abad 5 Masehi. 

Letusan Gunung Krakatau

Letak Gunung Krakatau

Sebagai kawasan cincin api, Indonesia memiliki begitu banyak gunung berapi. Di antaranya adalah Krakatau atau Rakata. Area gunung ini merupakan kepulauan vulkanik yang masih aktif. Tepatnya, Gunung Krakatau berlokasi di Selat Sunda, penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Gunung Krakatau Purba

Gunung krakatau Indonesia

Kejadian tersebut tersirat dalam naskah Jawa kuno bertajuk Pustaka Raja Parwa. Naskah yang diperkirakan ditulis pada awal abad ke-5 Masehi menyebutkan kalau: “Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datang badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia.” 

“Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, Pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan Pulau Sumatra,” 

Seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda, Berend George Escher kemudian menyimpulkan kalau Gunung Batuwara merupakan Gunung Krakatau Purba. Guru Besar Universitas Leiden ini memang sering meneliti gunung berapi di Indonesia, di antaranya Krakatau, Kelud, Galunggung, dan Merapi.

Gunung Gunung Krakatau Purba diyakini memiliki ketinggian hingga mencapai lebih dari 2.000 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, gunung ini juga memiliki lingkaran pantai mencapai 11 kilometer. Letusan gunung purba pun berlangsung sekitar 10 hari dan memuntahkan material erupsi sebanyak sekitar 1 juta ton per detik. 

Nah seperti letusan Gunung Krakatau pada abad ke-17 Masehi, ledakan Krakatau Purba juga berdampak hebat seantero dunia. Hal itu dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh David Keys dalam Catastrophe: An Investigation Into the Origins of the Modern World (2000). David mengungkapkan kalau peristiwa tersebut berkaitan dengan bencana alam yang menyebabkan perubahan besar di Eropa selama abad ke-6 dan ke-7 M. 

Beragam peristiwa besar pun terjadi secara langsung dan tidak langsung atas letusan gunung pada saat itu. Di antaranya adalah keruntuhan sejumlah peradaban kuno, seperti Persia purba di Asia Barat, Nazca di Amerika Selatan, dan Maya di Amerika Tengah. Melemahnya Kekaisaran Romawi dan digantikan oleh Kerajaan Byzantium juga tak terlepas dari pengaruh erupsi.

Akibat lain dari letusan gunung adalah suhu udara yang menjadi dingin secara berkelanjutan. Temperatur tersebut menjadi pemicu wabah penyakit sampar bubonic. Jumlah penduduk di seluruh dunia kemudian menyusut secara drastis. Adapun Benjamin Reilly dalam buku Disaster and Human History (2009) juga menyebutkan menyebarnya wabah pes. Wabah tersebut kebanyakan menjangkiti wilayah Afrika bagian timur. 

Saking besarnya ledakan Gunung Krakatau Purba, tanah Jawa begitu berguncang. Saat itu, gunung ini memang berada di atas Pulau Jawa. Akan tetapi bencana tersebut menjadikan tanah kawasan gunung menjadi amblas sehingga membentuk selat. Pulau Jawa kemudian terbelah dengan Pulau Sumatera dengan dipisahkan Selat Sunda.

Baca Juga : 11 Fakta Gunung Rinjani (Gunung Terindah di Indonesia)

Gunung purba kemudian hancur setelah ledakan super tersebut hingga menyisakan kaldera atau kawah besar di bawah laut. Adapun tepi kalder menciptakan tiga pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulau Sertung, dan Pulau Panjang (Rakata Kecil). Kemudian terbentuk pulalah Gunung Krakatau baru yang meletus kembali pada abad 17 M. Kelanjutannya masih belum berakhir dengan munculnya Gunung Anak Krakatau yang disaksikan saat ini.

Gunung Anak Krakatau

flydime [CC BY 2.0 (https://creativecommons.org/licenses/by/2.0)]

Untuk pertama kalinya, Gunung Anak Krakatau muncul pada 1929 hingga kini. Pertumbuhannya pun terus berlangsung sehingga penaksiran percepatan pertumbuhannya rata-rata mencapai 4 meter per tahun. Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Jadi, aktivitas vulkanik yang begitu tinggi membuat material dari perut gunung terus bertumbuh pula. Tahun lalu, status gunung ini pun sempat mengalami peningkatan signifikan karena potensi tsunami. 

Status Gunung Anak Krakatau

Sepertinya Gunung Anak Krakatau masih terus menunjukkan potensi yang memicu bencana terulang kembali. Sejak 1992 silam, kawasan gunung ini kerap dikunjungi warga atau masyarakat yang penasaran. Adapun pertambahan tinggi dan volume gunung, nantinya gunung ini akan melebihi Gunung Rakata Danan dan Gunung Perbuwatan. Prediksi tersebut diramalkan pada 2020.

Jadi nantikan liburan menyenangkan dengan paket wisata terbaik di Tripcetera, ya! Untuk memudahkan mobilisasi selama berwisata, fitur lain Tripcetera adalah menyewa  kendaraan rental bersama dengan supirnya. Itu lho yang akan menjadikan liburan berkeliling kawasan destinasi wisata populer menjadi lebih berkesan dong!

11 Fakta & Sejarah Jembatan Ampera Palembang (Terbaru)

Jembatan Ampera

Apa yang terlintas di benak saat mendengar kata Palembang? Selain tentunya makanan khas berupa pempek, ibu kota Sumatera Selatan ini juga memiliki landmark yang begitu ikonik. Berkunjung ke Palembang tidak akan benar-benar terasa kalau belum ke sini. Ya, betul, Jembatan Ampera Palembang.

Jembatan ini berlokasi di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi. Waktu terbaik untuk menikmati keindahan jembatan legendaris ini adalah pada malam hari. Pesona begitu terpancar dengan lampu-lampu hias yang mengelilingi jembatan dengan warna yang berubah-ubah. Terlepas dari daya pikat tersebut, sebaiknya kamu juga tahu fakta-fakta mengejutkan seputar Jembatan Ampera Palembang berikut, ya.

Fakta Sejarah Jembatan Ampera Palembang

1. Dana dari Rampasan Perang Jepang

Gambar oleh senjakelabu29 dari Pixabay

Tahukah kamu kalau pembangunan Jembatan Ampera memiliki nilai historis yang begitu kuat? Seperti Monas di Jakarta, Dana pembangunannya saja berasal dari dana hasil rampasan saat perang Jepang senilai 2,5 miliar Yen. Tak hanya itu saja, ahli-ahli konstruksi Jepang juga ikut berjasa dalam proyek pembangunan.

Sebelumnya, ide untuk membangun jembatan yang bisa menghubungkan dua daratan di atas Sungai Musi telah muncul sejak 1906 pada zaman Gemeente Palembang. Pada 1924, ide tersebut kembali ada saat Le Cocq de Ville menjabat sebagai Wali Kota Palembang. Masih belum terealisasi hingga masa kemerdekaan, DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengajukan pembangunan jembatan melalui sidang pleno pada 29 Oktober 1956 silam.

Hingga akhirnya, modal awal pembangunan berasal dari anggaran Kota Palembang senilai Rp30.000. Panitia pembangunan lalu dibentuk pada 1957 dengan beranggotakan Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Kemudian, Wali Kota Palembang, M. Ali Amin, beserta Wakil Wali Kota, Indra Caya, meminta bantuan Presiden Sukarno. Bantuan pemerintah Jepang kemudian menyempurnakan hingga jembatan sukses dirampungkan pembangunannya.

2. Awalnya bernama Jembatan Bung Karno

Jembatan Ampera Palembang
Gambar oleh alex hanoko dari Flickr

Nama Jembatan Ampera ternyata baru berlaku pada 1966, lho. Pada awalnya, jembatan ini dinamakan Jembatan Bung Karno untuk mengenang jasa Presiden Soekarno. Proklamator Indonesia ini memang berperan penting dalam mewujudkan harapan masyarakat Palembang agar memiliki akses yang lebih leluasa dalam menyeberangi Sungai Musi. 

Kenapa diganti menjadi Jembatan Ampera? Saat masa pergantian nama, situasi politik mulai didominasi oleh sikap anti-Soekarno dalam pemerintahan. Maka berubahlah nama menjadi Jembatan Ampera yang merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat dan bertahan hingga sekarang. 

3. Diresmikan oleh Letnan Jenderal Ahmad Yani

Letnan Jenderal Ahmad Yani juga menjadi nama penting dalam sejarah Jembatan Ampera. Dibangun pada April 1962, Ahmad Yani meresmikan jembatan ini untuk pertama kalinya pada 30 September 1965. Ia dipercayakan sebagai orang yang meresmikan penggunaan jembatan untuk pertama kalinya. Peresmian yang dilakukannya kemudian menjadi agenda kenegaraan terakhir sebelum tragedi pembantaian G30S/PKI pada 1 Oktober dini hari.

4. Sempat Menjadi Jembatan Terpanjang di Asia Tenggara

Jembatan Terpanjang Asia tenggara Ampera
Photo by baka_neko_baka via Flickr

Jembatan ini memiliki panjang mencapai 1.177 meter dengan lebar 22 meter serta tinggi 63 meter. Adapun menaranya memiliki rentang 75 meter dengan massa hingga mencapai 944 ton, lho. Makanya, tidak heran kalau jembatan ini pernah menjadi jembatan terpanjang se-Asia Tenggara pada era 1960-an, ya.

5. Bagian Tengah Jembatan Bisa Naik-Turun

Uniknya, jembatan Wong Kito Galo ini punya kelebihan karena bagian tengahnya bisa naik-turun. Fungsi tersebut untuk memudahkan transportasi kapal pengangkut barang dengan ukuran besar. Memang, Sungai Musi masih kerap dijadikan arus transportasi antar daerah.

Kemampuan naik-turun bagian tengah jembatan didukung oleh peralatan mekanis berupa dua bandul pemberat berukuran 500 ton di kedua menaranya. Kecepatan naiknya selama 10 meter per menit, sehingga dibutuhkan sekitar 30 menit untuk mengangkat jembatan secara penuh.

Sayangnya, aktivitas tersebut tidak lagi terlihat saat era 1970-an. Hal tersebut dikarenakan waktu bagian tengah jembatan untuk naik-turun terbilang begitu lama dan mengganggu arus lalu lintas darat. Bandul pemberatnya pun sudah diturunkan pada 1990 demi menghindari jatuhnya yang dapat membahayakan pengguna jembatan. 

6. Telah Berubah Warna Sebanyak Tiga Kali

Jembatan ampera palembang warna
Photo by zaddam hussein via Flickr

Kalau kamu berkunjung ke sini, pasti akan mudah mengenali karena warnanya yang merah menyala. Tapi ternyata jembatan ini telah mengalami perubahan warna sebanyak tiga kali, lho. Saat pertama kali berdiri, jembatan ini masih berwarna abu-abu pada 1962. Jembatan ini kemudian dicat ulang dengan menggunakan warna kuning pada 1992. Terakhir, jembatan dengan warna merah mencolok baru mulai pada 2002 hingga saat ini, deh. 

7. Terkenal Mistis Seperti Jembatan Ancol

Kamu pernah menonton Si Manis Jembatan Ancol? Nah, ternyata Jembatan Ampera juga dikenal mistis seperti Jembatan Ancol. Sampai sekarang masih banyak masyarakat setempat yang percaya dengan mitos-mitos mistis tersebut. Apalagi, jembatan ini juga kerap menjadi lokasi bunuh diri. Sejumlah kejadian aneh pun dikaitkan dengan adanya jembatan Ampera. Di antaranya, kebakaran besar di bawah jembatan pada 2010 lalu, sosok dua orang tergambar dari kobaran si jago merah yang melalap sisi jembatan. Ngeri, kan?

8. Masuk dalam Map Game Point Blank

Dunia game online pun mengakui popularitas jembatan ikon khas Palembang ini. Soalnya, game animasi populer, Point Blank memasukkan jembatan ini ke dalam salah satu medan tempur. Sebagai jembatan terpanjang di Sumatera, map Jembatan Ampera di dalam Point Blank pun merupakan map terpanjang, Penuh pula dengan lorong-lorong dan tempat rahasia yang menjadi favorit dari pengguna game animasi ini..

9. Dilewati Obor Asian Games 2018

Terlepas dari sisi mistisnya, Jembatan Ampera memiliki nilai prestisius tersendiri. Ikon Palembang ini berkesempatan dilewati Obor Asian Games 2018. Pawai obor dimulai dari Stadion Jakabaring dan dilakukan oleh sejumlah atlet dan public figure. Di antaranya, artis Mikha Tambayong turut menyemarakkan pawai obor dengan melalui Jembatan Ampera pada tanggal 4-5 Agustus 2018.

10. Memiliki Jam Analog Raksasa

Sebagai bentuk pembenahan jelang Asian Games 2018 yang dihelat di Palembang, Jembatan Ampera pun tak lepas dari perhatian. Jembatan ini dipasangi dua jam analog dengan ukuran besar di kedua menaranya. Pemasangan jam tersebut menjadikan jembatan ini semakin tampak modern dan keren, deh.

11. Ramalan Jembatan Ampera Ambruk

Pernah membayangkan kalau Jembatan Ampera akan runtuh? Ternyata, jembatan ini cukup sering diprediksi ambruk oleh beberapa pihak. Termasuk, peramal Mama Laurent yang memprediksi jembatan bersejarah ini akan ambruk pada 2009 lalu. Kejadian tabrakan kapal pengangkut batu bara juga ditakutkan membuat kekokohan jembatan bersejarah ini jadi berkurang. 

Faktanya, jembatan ini masih terus bertahan hingga sekarang. Soalnya, pemerintah Palembang memang mengalokasikan anggaran untuk perawatan jembatan ini. Jadi, mudah-mudahan jembatan ini tidak akan benar-benar ambruk, ya.

Kamu tertarik untuk jalan-jalan ke Palembang? Klik Tripcetera untuk mencari jasa sewa mobil terbaik supaya memudahkan akses selama liburan, ya. kamu pun bisa menemukan penginapan atau hotel murah di Palembang.

Sejarah, Rute dan Harga Tiket Masuk

Kawah Putih Ciwidey

Tanah Jawa Barat memang menyimpan pesona pariwisata yang tidak habis-habisnya. Makanya banyak wisatawan mengagendakan liburan di provinsi yang berpusat di Bandung ini. Kalau berkunjung ke sini, salah satu destinasi wisata yang tak boleh dilewatkan adalah Kawah Putih Ciwidey. Letaknya sekitar 50 kilometer dari pusat kota Bandung dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua atau empat selama 1-2 jam.

Saat tiba di Kawah Putih, kamu akan takjub dengan berbagai aktivitas yang ditawarkan objek wisata alam ini. Seperti Kawah Ijen di Banyuwangi, kawah ini pun memiliki keunikan khasnya tersendiri dengan kabut magis di atas air berwarna biru-kehijauan.

Aktifitas Seru di Kawah Putih Ciwidey

1. Naik Ontang Anting

Kalau kamu ingin menjangkau Kawah Putih, pengunjung diharuskan menaiki kendaraan khusus. Kendaraan tersebut berupa minibus berwarna oranye yang disebut Ontang Anting. Meski rute yang dilalui cukup panjang dan berliku-liku, kamu akan bisa menikmati hutan menuju kawah. Udara pegunungan pun terasa begitu sejuk saat menaiki kendaraan dengan kabin terbuka ini. Nah, untuk menaiki ontang anting secara pulang-pergi, kamu cukup merogoh kocek senilai Rp15.000. Masih terjangkau, kan?

2. Jadi Objek Fotografi

kawah putih ciwidey

Keindahan Kawah Putih memang tidak bisa disangkal siapapun. Makanya, banyak pengunjung menjadikan destinasi penuh pesona ini sebagai objek fotografinya. Mulai dari kawah indah, kabut yang terus menyelimuti, hingga hutan lebat menjadi perpaduan sempurna. Selain foto landscape, kamu juga bebas untuk selfie ria bareng keluarga atau teman-teman, kok. Karena spot foto di sini juga terlihat romantis, banyak yang menjadikan Kawah Putih sebagai lokasi foto pra wedding juga, lho. Berminat?

3. Mendaki di Hutan Gunung Patuha

Meski jarang dijelajahi wisatawan, kamu bisa mendaki hutan di kawasan Gunung Patuha. Konon, nama Gunung Patuha berasal dari “Pak Tua” sebagai tanda penghormatan untuk tetua. Jadi, kamu harus tetap sopan selama menelusuri area ini, ya. Terdapat rute yang disediakan untuk pendakian, yaitu di sisi kiri pintu masuk Kawah Putih. Butuh 2 sampai 3 jam hingga mencapai puncak, tapi rasa lelah akan diiringi dengan pemandangan pepohonan yang lebat selama mendaki. Bukan hanya sampai di situ, lelah akan benar-benar terbayar saat tiba di puncak dan menyaksikan pesona kawah dari ketinggian. Dicoba, ya!

4. Melepas Penat

Kamu bisa melepaskan rasa penat dan beristirahat dari hiruk pikuk pekerjaan dengan berada di Kawah Putih. Soalnya keindahan panoramanya pasti mampu membuat pikiran kembali terasa segar. Melarikan diri sejenak ke Kawah Putih adalah pilihan paling ideal kalau kamu sudah bosan dengan rutinitas harian. Setelah itu, kamu akan kembali rileks dan siap untuk menghadapi hari baru, deh.

5. Memetik Daun Teh di Perkebunan

Tak jauh dari kawasan Kawah Putih, terdapat areal perkebunan teh yang kerap menjadi destinasi selanjutnya bagi wisatawan. Di sini, kamu akan kembali menikmati pemandangan dengan berjalan-jalan di sekitar kebun teh. Bukan hanya menyaksikan petani teh, kamu bahkan bisa ikut membantu mereka untuk memetik daun teh, lho. Pasti akan jadi pengalaman baru yang seru, kan?

6. Wisata Alam di Pinisi Resto Rancabali

wisata alam resto rancabali kawah putih
Photo by Fikri Rasyid on Unsplash

Sekitar 30 menit berkendara dari Kawah Putih, kamu bisa melanjutkan liburan di Pinisi Resto Rancabali. Restoran ini berbentuk kapal layar Pinisi dan menghadap ke Situ Patenggang. Makanya pemandangan dari atas kapal tak kalah indahnya dari Kawah Putih. Selain menikmati hidangan khas setempat, kamu bisa melakukan aktivitas wisata alam. Di antaranya, memetik stroberi, bermain kelinci, atau glamorous camping (glamping). Berkunjung bersama keluarga atau teman-teman akan bikin liburanmu jadi makin menyenangkan pastinya.

Baca Juga : 10 Mitos Gunung Sindoro yang Harus Kamu Tahu Sebelum Mendaki

7. Jelajahi Situ Patenggang

menjelajahi situ patenggang kawah putih
Photo by Agung Pratamah on Unsplash

Puas seru-seruan di Pinisi Resto, kamu juga sebaiknya menjelajahi Situ Patenggang dengan menyewa perahu atau sepeda air. Sekali berlayar, tiket naik perahu hanya Rp20.000 dan tiket sepeda air senilai Rp30.000-Rp50.000 per jam. Kamu bisa mengelilingi Situ Patenggang bersama orang-orang tercinta, ya. Apalagi Situ Patenggang dulunya dikenal sebagai saksi cinta seorang pangeran kerajaan dengan gadis desa setempat. Terdapat batu yang masih ada hingga saat ini yang diyakini merupakan tempat bertemu sepasang kekasih rahasia tersebut. Konon, pasangan yang datang ke danau dan mengelilingi pulau kecil tersebut bisa terus langgeng.

8. Kemah di Smart Camp Adventure

kemah di smart camp adventure kawah putih
Photo by Ridwan Kosasih on Unsplash

Destinasi ini disebut smart camp karena merupakan wisata edukasi, terutama berbasis lingkungan dengan cara yang menyenangkan. Kamu dapat melakukan outbond untuk memperkuat teamwork, kemah pramuka, ataupun sekadar menikmati pemandangan alam yang tak kalah indahnya. Tempat ini sangat nyaman sebagai lokasi berkemah dengan harga yang sangat bersahabat. Tiket masuknya cuma Rp10.000, ya.

9. Rileks di Pemandian Air Panas

Kawasan Kawah Putih juga menawarkan aktivitas berendam di air panas. Kamu bisa merelaksasi diri di beberapa spot pemandian air panas, seperti Cimanggu dan Ciwalini. Mata air panas alami ini akan memberikan rasa rileks pada tubuh dan pikiran. Tak hanya itu, kandungan belerang dari pemandian ini juga menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi berbagai masalah kulit, lho.

10. Wisata Kuliner Khas Setempat

Sebelum pulang, belum lengkap kalau kamu tidak mencicipi kuliner khas di kawasan Kawah Putih. Salah satu yang wajib kamu coba adalah wedang bajigur. Minuman tradisional masyarakat Sunda ini berbahan utama gula aren dan santan. Makin nikmat lagi kalau dicampur dengan sedikit jahe, garam, dan bubuk vanili. Suasana dingin di daerah pegunungan akan diimbangi dengan sensasi kehangatan dari wedang bajigur. Mantap, kan?

Itu dia 10 aktivitas seru yang bisa kamu lakukan saat berkunjung ke Kawah Putih Ciwidey. Makin tidak sabar untuk berlibur ke destinasi menarik ini? Yuk pesan tiket pesawat ke Bandung hanya lewat Tripcetera.

Sejarah, Asal Usul dan Gambar Pertunjukan Terbaru

Tari Kecak Bali

Pernahkah kamu mendengar tentang Tari Kecak? Barangkali tarian ini sudah tidak terdengar asing lagi. Tari tradisional Pulau Dewata ini kerap dipentaskan oleh puluhan penari laki-laki yang mengelilingi perapian. Penari tersebut kemudian akan dilengkapi oleh penari lainnya yang menari di bagian tengah.

Kalau kamu berkunjung ke Bali, Tari Kecak merupakan atraksi wisata yang tak boleh dilewatkan. Kamu tidak akan pernah menemukan penampilan yang lebih magis dari tarian ini di tempat lain. Nah, kesakralan dan nilai seni tari ini memang selalu memantik rasa penasaran wisatawan lokal maupun internasional. Untuk tahu lebih detail, berikut adalah 8 fakta unik tentang Tari Kecak Bali lengkap dengan gambar.

8 Fakta Unik Tari Kecak

Sejarah Tari Kecak

Asal-usul munculnya tari kecak ini berawal pada tahun 1930 silam, Tarian legendaris ini ternyata diciptakan sejak tahun 1930 silam oleh seniman tari asal Bali, Wayan Limbak.

Pria kelahiran 1897 tersebut menciptakan mahakarya tari dengan berkolaborasi bersama seniman lukis dan musik berkebangsaan Jerman, Walter Spies. Seniman internasional itulah yang kemudian mempopulerkan Tarian ini ke dunia mancanegara.

Ide Wayan Limbak dalam melahirkan Tari Kecak terinspirasi dari gerakan Tari Sanghyang, Tari religius untuk menolak bala tersebut dimodifikasi menjadi Tari Kecak hingga dikenal seperti sekarang ini.

Latar Cerita Tarian Kecak

ramayana
Photo by Sarah Arista on Unsplash

Tarian kecak dari bali menceritakan sebuah legenda epos Ramayana. Epos India tersebut berkisah tentang raksasa Rahwana yang menculik Dewi Sinta. Rama beserta pasukannya kemudian berusaha untuk menyelamatkan sang permaisuri. Epos ini mengandung berbagai pesan, seperti keberanian, kesetiaan pada pasangan, dan strategi dalam menghadapi musuh.

Nilai Moral dalam Tari Kecak

Kisah Ramayana yang dilakonkan dalam tari tradisional ini dapat mengajarkan banyak hal. Di antaranya kesetiaan Dewi Sinta sebagai istri, sikap sabar Rama dalam menghadapi cobaan, rela berkorban Jathayu bagi yang membutuhkan pertolongan. Tak hanya itu, lakon ini juga menunjukkan sikap baik hati Hanoman serta imbauan agar tidak menanam sifat serakah seperti Rahwana.

Nilai Kesakralan Ritual dalam Setiap Gerakan

ritual tari kecak
Photo by Den on Unsplash

Tari Kecak bali atau disebut pula tari api merupakan pertunjukan hiburan massal. Tarian ini pun kerap dipersembahkan dalam merayakan upacara keagamaan atau hari raya tertentu. Dalam setiap gerakannya, para penari menampilkan kesakralan ritual.

Di antaranya, gerakan tersebut berupa ritual pemanggilan dewa-dewi ataupun roh leluhur yang disucikan. Timbal baliknya, roh tersebut akan datang memberikan nasihat dan pesan melalui penari sebagai mediator. Gerakan yang tak kalah mengagumkan adalah saat para penari membakar dirinya dengan api yang berada di tengah-tengah api. Namun, menariknya, penari tersebut memiliki kekebalan sehingga tidak terbakar.

Baca Juga : 11 Oleh-oleh Khas Bali yang Wajib Kamu Bawa Pulang

Nilai Seni dalam Tari Kecak

Tidak bisa diragukan lagi kalau tari yang dibawakan oleh 70 penari laki-laki ini mengandung nilai seni yang begitu tinggi. Gerakan yang dilakonkan penarinya dalam mementaskan epos Ramayana tampak seirama dengan suara “cak cak cak”. Para wisatawan pastinya terkesima dengan penampilan tersebut, meskipun bukan beragama Hindu. Pokoknya rugi deh kalau ke Bali tapi tidak menyaksikan langsung pertunjukan memukau ini.

Tanpa Alat Musik, Hanya Mengandalkan Suara Penari

Tari Kecak dari Bali
Gambar oleh Steffen Zimmermann dari Pixabay

Berbeda dengan tari pada umumnya, Tari Kecak tampil begitu unik karena tidak diiringi oleh instrumen musik apapun. Satu-satunya sumber iringan utama adalah suara penari langsung yang meneriakkan “cak cak cak” berulang kali.

Suara penari yang membentuk formasi lingkaran tersebut menimbulkan kesan yang tak kalah memukau dengan bantuan iringan alat musik tertentu. Justru, suara “cak cak cak” semakin menambah nilai seni dan nilai magis yang terkandung dalam tarian tradisional ini.

Rekor MURI dengan Penari Kecak Terbanyak

Pertunjukan Tari Kecak di Pantai Berawa pada 25 Februari 2018 lalu akhirnya berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI). Penampilan tersebut diperankan oleh penari sebanyak 5.555 siswa dan siswi di Kabupaten Badung, Bali.

Bukan hanya soal angkanya, raihan rekor ini juga karena Tarian khas bali ini merupakan tarian unik yang hanya dimiliki oleh Indonesia. sebelumnya, rekor penari Tari Kecak bali terbanyak ialah pada 26 September 2006 lalu dengan 5.000 penari di Tanah Lot.

Tempat Menonton Tari Kecak di Bali

sejarah tariian
Photo by Sarah Arista on Unsplash

Terdapat beragam pilihan destinasi yang dapat menjadi tempat menonton Tari Kecak di Pulau Dewata. Sambil menunggu momen sunset, kamu bisa menyaksikan Tari Kecak di Pura Luhur Uluwatu.

Alternatif lainnya adalah Tanah Lot yang terkenal dengan pura di atas pulau karangnya. Tak hanya itu, Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Pura Dalem Ubud, dan Batu Bulan juga menjadwalkan agenda pertunjukan tari kecak. Pertunjukan tari kecak di tempat tersebut memiliki waktunya masing-masing. Pura Luhur Uluwatu, misalnya, menampilkan tari kecak pada sekitar pukul 18.00-19.00 WITA.

Gambar Tari Kecak Bali

Berikut ini adalah beberapa gambar pertunjukan tari kecak dari berbagai tempat di bali yang bisa anda nikmati

Itulah beberapa fakta menarik terkait Tari Kecak yang wajib kamu ketahui. Jadi makin penasaran, kan, untuk menyaksikan langsung pertunjukan tarian sakral ini. Pertama-tama, rancang perjalanan liburanmu ke Pulau Dewata dengan memesan tiket pesawat murah kemudian siapkan budget untuk memesan hotel murah di bali.

Untuk memudahkan liburanmu selama berada di Bali, sebaiknya pesan Rental Mobil Murah di Bali dengan pencarian di tripcetera juga, ya!

Asal-usul & Sejarah Rumah Adat Minangkabau

Rumah Gadang

Kalau jalan-jalan ke Sumatera Barat, pasti akan menemukan perbedaan mencolok dari sisi arsitektur bangunannya. Ya, masyarakat Minangkabau memang memiliki rumah khas yang disebut Rumah Gadang.

Rumah Gadang memiliki desain unik sehingga menambah kekayaan dan keunikan budaya Indonesia. Rumah adat minangkabau ini menjadi makin terkenal lagi setelah perantau mempopulerkan atap Rumah Gadang pada rumah makan Padang yang tersebar di berbagai kota-kota besar.

Nah, penasaran apa saja fakta menarik seputar Rumah adat minangkabau ini? Berikut ini pembahasannya.

Rumah Gadang Minangkabau

Asal Usul Rumah Gadang

Asal Usul Rumah Gadang
Gambar oleh realyusra dari Pixabay

Rumah Gadang berasal dari Provinsi Sumatera Barat yang merupakan rumah adat khas Minangkabau.

Seperti warisan budaya lainnya, Rumah Gadang pun memiliki legenda dan maknanya tersendiri. Bagian paling mencolok dari rumah gadang adalah atapnya yang berbentuk tanduk runcing. Kabarnya sih, bentuk tanduk kerbau tersebut merupakan simbol kemenangan adu kerbau raja Minangkabau melawan kerbau raja di Jawa. Sejak saat itu, tanduk kerbau menjadi penanda kejayaan Minangkabau.

Selain cerita tersebut, versi lain menyebutkan kalau atap berbentuk tanduk di Rumah adat minangkabau ini terinspirasi dari bentuk kapal “Lancang” yang melintasi Sungai Kampar. Saat tiba di muara sungai, kapal diangkat ke daratan dan diberikan atap dengan menggunakan tiang layar yang diikat dengan tali.

Namun karena bebannya berat, maka tiang pun menjadi miring dan melengkung yang serupa dengan gojong (bagian lancip di atap Rumah Gadang). Nah, akhirnya, kapal pun berubah fungsi menjadi Rumah Gadang yang kini menjadi kediaman bagi orang-orang Minang.

Arsitektur Rumah Gadang

Arsitektur Rumah Gadang
Photo by @maulana_panca17 via Instagram

Pernah melihat uang koin Rp100 keluaran Bank Indonesia yang menampilkan Rumah Gadang? Kalau diperhatikan, rumah khas Minang itu memang punya desain rumah minimalis dan arsitektur yang luar biasa, ya. Bentuknya segi empat dan tidak simetris dengan desain yang agak miring ke luar. Bentuk yang tidak tegak lurus itu ternyata karena kondisi alam wilayah Sumatera Barat yang sebagian besar merupakan dataran tinggi dan rendah.

Baca Juga : Danau Toba: 8 Destinasi Terbaik Sekitar Danau Purba Indonesia

Selain itu, atap yang melengkung runcing dan lancip juga berfungsi untuk menahan curah hujan yang tinggi sehingga tidak membebani bangunan, lho. Rumah Gadang juga ditopang tiang kayu yang bertumpu di atas batu datar yang lebar. Ketinggiannya bisa mencapai 2 meter, jadi penghuni bisa aman dari serangan hewan buas yang mengancam pada masa lampau. Inspiratif, ya kan?

Ukiran Ornamen Rumah Gadang

Ornamen Rumah gadang
Photo by @_aromsky via Instagram

Selain arsitekturnya yang penuh dengan nilai fungsional, Rumah Gadang juga tampak begitu menawan dengan dipenuhi ukiran ornamen berbagai motif. Memang, tembok bagian depan rumah biasanya terbuat dari papan yang disusun secara vertikal dan memiliki ukiran indah.

Beragam motif menghiasi rumah khas ini, mulai dari akar, bunga, daun, bidang empat persegi, hingga pola melingkar yang saling bertautan. Perpaduan ornamen dan desain arsitektur yang menakjubkan menjadikan rumah Gadang sebagai karya budaya yang megah dengan keindahan tradisional tiada tara.

Desain Rumah Gadang

Desain Anti Gempa
Photo by @estlestari via Instagram

Sebagai daerah rawan Gempa, Sumatera Barat memang membutuhkan desain arsitektur khusus agar meminimalisir dampak bencana. Karena itulah, Rumah Gadang dibangun dengan ditopang tiang-tiang panjang yang menjulang ke atas dan tidak mudah rusak karena goncangan.

Tiang rumah gadang tidak dibenamkan ke dalam tanah, justru hanya bertumpu pada batu datar. Selain itu, sambungan tiang dan kasau besar juga tidak menggunakan paku, cukup dengan pasak yang juga bermaterial kayu. Makanya, saat gempa terjadi, Rumah Gadang akan bergeser dengan fleksibel sehingga lebih tahan terhadap gempa.

Kondisi Ruangan

Kondisi Ruangan Rumah Gadang
Photo by @windyariesna via Instagram

Rumah Gadang memiliki ruangan yang berbentuk persegi panjang dan terdiri dari lanjar (ruas dari depan ke belakang) dan ruang lepas yang dibagi menurut batas tiang. Secara berbanjar, tiang disusun dari depan ke belakang dan dari kiri ke kanan sehingga tampak tertata rapi. Adapun lanjar di Rumah Gadang bervariasi sesuai dengan luas rumah, tetapi biasanya berjumlah ganjil antara tiga hingga sebelas.

Bagian depan rumah ini memiliki Rangkian berupa bangunan berbentuk bujur sangkar dan beratap ijuk bergonjong yang berfungsi sebagai tempat menyimpan padi. Sementara itu, terdapat pula anjung atau anjuang sebagai tempat upacara pernikahan atau keagamaan di bagian kiri atau kana rumah. Dapur pun dibangun secara terpisah pada bagian belakang rumah.

Makna Satu Tangga di Pintu Depan

Satu Tangga di Pintu Depan
Photo by @syaefulanwar244 via Instagram

Semua bagian di dalam rumah ini sepertinya tak terlepas dari nilai-nilai filosofis, termasuk tangga pada pintu masuk. Posisi tangga untuk memasuki rumah berada di pintu depan dan tidak boleh lebih dari satu. Makna satu tangga tersebut dianggap berkaitan dengan prinsip ajaran agama Islam yang menjadi agama mayoritas di kalangan Suku Minangkabau. Sesuai dengan nilai Islam, yaitu percaya pada satu Tuhan, Tuhan yang Maha Esa.

Memiliki Empat Tiang Utama

Tiang rumah gadang
Photo by @rvyfrmdh via Instagram

Selain tangga, empat tiang utama atau tonggak tuo Rumah Gadang juga memiliki nilai spesial. Mendirikan tiang utama tersebut dimaksudkan sebagai menegakkan kebesaran. Tiang tersebut memang berdiameter besar yang berasal dari pohon juha panjang. Batang pohon yang dijadikan tonggak tuo pun harus melalui berbagai prosesi, seperti direndam di dalam kolam selama bertahun-tahun. Proses perendaman pun menjadikan tiang utama menjadi sangat kuat, anti rayap, dan dapat lebih awet hingga ratusan tahun, lho.

Gambar Rumah Gadang

Bagi kamu yang ingin menikmati keindahan rumah gadang, berikut ini ada beberapa gambar rumah gadang yang tentunya sangat indah.

Nah, makin tertarik dengan Rumah Gadang? Kamu bisa menyaksikan langsung keindahan dan kemegahan rumah khas Minangkabau ini dengan berlibur ke Sumatera Barat, ya. Makanya segera pesan tiket pesawat dari tripcetera, apalagi sudah bisa dilakukan transaksi melalui Go-Pay dan transfer bank.

Selain tiket pesawat, kamu juga bisa memesan Hotel murah berkualitas selama berada di Padang via tripcetera, deh.

Gedung Sate Bandung – Sejarah, Fungsi & Keindahan Arsitektur

Gedung Sate Bandung

Gedung Sate merupakan ikon kebanggan Kota Bandung. Bangunan yang telah menjadi pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat sejak 1980 ini berlokasi di Jalan Diponegoro No. 22. Meski digunakan sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat, Gedung Sate tetap menjadi tempat wisata favorit bagi yang berwisata ke Bandung.

Alasan pelancong berkunjung ke bangunan ini pun beragam. Termasuk karena Gedung Sate memiliki nilai sejarah dan seni yang tidak dimiliki oleh bangunan-bangunan lainnya. Namun, masih banyak fakta-fakta menarik dari gedung ini yang belum diketahui oleh banyak orang. Seperti apa? Berikut adalah fakta seru terkait Gedung Sate.

10 Fakta Gedung Sate Bandung

1. Bukan Tempat Makan Sate

gedung sate bandung
Photo by @aulfadlan via Instagram

Kalau hanya mendengar namanya, kebanyakan orang mungkin akan mengira kalau bangunan ini merupakan warung makan sate atau setidaknya banyak penjual sate di sekeliling gedungnya. Namun, anggapan tersebut salah, ya.

Jadi, penamaan Gedung Sate didasarkan karena adanya struktur ornamen yang mirip dengan tusuk sate di bagian atas gedung. Nah, agar pengucapannya dapat lebih mudah, maka orang-orang setempat pun menyebut pusat pemerintahan ini dengan Gedung Sate.

2. Interpretasi Beragam Tentang Ornamen Sate

ornamen gedung sate bandung
Photo by @echanmoto via Instagram

Ornamen sate yang berada di bagian atap gedung ini ternyata memiliki interpretasi berbeda-beda. Ada yang beranggapan kalau itu bukanlah sate, melainkan jambu air yang berjumlah enam buah. Jambu tersebut memiliki makna lokalitas sebagai perlambang kesuburan wilayah Kota Kembang.

Adapun enam ornamen tersebut menjadi simbol nominal uang yang digunakan dalam membangun gedung, yaitu enam juta gulden. Tak hanya itu, ornamen tersebut juga dinilai mirip seperti lambang bunga lotus yang tengah bermekaran.

Baca Juga : Ranca Upas: 9 Hal yang Harus Kamu Tahu Sebelum Liburan

3. Memiliki Lorong Rahasia

Bagian paling misterius dari Gedung Sate adalah desas-desus kalau bangunan ini menyimpan lorong rahasia. Jadi penampakan luar yang megah ini dikabarkan memiliki ruang misterius. Katanya, bagian tersebut berupa lorong rahasia yang dapat menghubungkan langsung dengan Kantor Dinas Gubernur Jawa Barat.

Namun, hal tersebut dirahasiakan saat ini karena adanya peristiwa kelam di masa lalu. Konon, pernah ada tawanan yang tewas di area tersebut sehingga menyebabkan penutupan permanen. Pengelola gedung pun sudah tidak mau berkomentar terkait hal tersebut.

4. Sirine Mampu Terdengar Hingga Cianjur

Selain lorong rahasia, keunikan lain dari Gedung Sate ini adalah benda yang menghiasi ruang paling atas Gedung Sate. Di tengah ruangan yang dikelilingi oleh kaca tersebut, terpajang mesin pembunyi sirine. Dulunya sirine kerap digunakan sebagai penanda perang.

Petugas harus turun satu lantai untuk mengoperasikan mesin agar bisa membunyikan sirine tersebut. Tak tanggung-tanggung, bunyi sirine dapat terdengar hingga ke Cianjur, Pangalengan, dan Cicalengka.

Akan tetapi, kini sirine tersebut hanya dioperasikan pada upacara hari kemerdekaan atau peringatan hari nasional lainnya. Daya pancar suaranya pun telah diredam hingga hanya terdengar dalam radius dua kilometer saja.

5. Tugu Serangan Gurhaka

Tugu serangan gurhakha
Photo by @aulfadlan via Instagram

Nilai historis Gedung Sate bahkan telah terasa nyata sejak melangkahkan kaki di halaman depannya. Saat kamu memasuki bagian halaman, kamu akan menemukan sebuah tugu bersejarah.

Tugu tersebut merupakan tempat peristirahatan terakhir bagi tujuh pemuda yang gugur saat berjuang melawan tentara Gurhaka. Hal itu diperkuat dengan tulisan pada tugu: “Dalam mempertahankan Gedung Sate terhadap serangan pasukan Gurhaka tanggal 3 Desember 1945, tujuh pemuda gugur dan dikubur pihak musuh di halaman”.

Baca Juga : Dago Bandung, 8 Wisata Hits yang Harus di Kunjungi

6. Bangunan Tahan Gempa

Pembangunan Gedung Sate dipimpin oleh arsitek berkebangsaan Belanda, Ir. J. Gerber. Arsitek itulah yang merancang Gedung Sate dengan menggunakan banyak persendian. Karenanya, gedung ini pun dapat tahan gempa hingga 9 SR. Tidak mengherankan, ya, kalau bangunan ini tetap kokoh hingga saat ini.

7. Hampir Berusia 100 Tahun

Peletakan batu pertama Gedung Sate dilakukan pada tanggal 27 Juli 1920. Sementara itu, pembangunannya baru rampung pada bulan September 1924. Pada saat itu, gedung ini merupakan kompleks induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf), dan Perpustakaan.

Nah, gedung ini pun akan segera berusia 100 tahun dengan tetap utuh. Kekokohan Gedung Sate tak terlepas dari bahan dan teknis konstruksi yang dipakai. Di antaranya, dinding bangunan ini terdiri atas kepingan batu berukuran besar. Bukan batu sembarangan, matu tersebut berasal dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur, Arcmanik dan Gunung Manglayang.

8. Dikerjakan 2.000 Tukang

Pembangunan Gedung Sate ternyata mengerahkan pekerja sebanyak tak kurang dari 2.000 orang. Pekerja tersebut termasuk dari tukang kayu dan pemahat batu. Sebanyak 150 orang di antaranya merupakan ahli pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina. Sementara itu, tukang batu, kuli aduk, dan peladen kebanyakan berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Coblong Dago, Gandok, dan Cibarengkok.

9. Perpaduan Arsitektur Nusantara dan Eropa

Gedung ini pun dirancang dengan menggabungkan unsur arsitektur Nusantara dan Renaissance Eropa. Budaya Indonesia dapat terlihat dari ornament yang menyerupai bentuk candi berundak di bagian tengah fasad. Hal serupa juga terlihat dari bagian menaranya yang bebentuk pura bertingkat-tingkat.

Sementara itu, arsitektur khas Eropa tampak jelas dari pilar yang berdiri di sepanjang koridor utama. Ornamen yang berbentuk lengkungan dengan cukup teratur dan berpola secara berulang-ulang juga mengadopsi gaya Italia. Termasuk pula dengan jendela yang berukuran besar dan atap yang menjulang tinggi. Betapa perpaduan yang sangat menarik, ya.

10. Mengarah ke Gunung Tangkuban Perahu

Kalau kamu mengamati lebih detail, kamu akan sadar kalau arah bangunan ini menghadap ke Gunung Tangkuban Perahu. Kamu bisa naik ke salah satu ruangan kecil di lantai III Gedung Sate untuk menyaksikan daerah sekitar bangunan ini.

Ruang yang disebut ruang menara ini dikelilingi oleh teras yang cukup lebar. Nah, saat berada di sisi utaranya, semakin tampak kalau Gedung Sate mengikuti sumbu poros Utara-Selatan dan sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu. Kalau cuaca sedang baik, pengunjung bisa menyaksikan langsung bentuk perahu terbalik yang menjadi karakter gunung dari legenda Dayang Sumbi ini.

Semakin tertarik untuk berkunjung ke Gedung Sate? Apalagi, gedung ini memang merupakan pusat aktivitas warga Kota Kembang karena dekat dengan lapangan olahraga Gasibu.

Pengunjung biasanya meramaikan kawasan ini pada akhir pekan untuk bersantai, berolahraga, ataupun sekadar mengobrol dengan keluarga dan teman-teman. Nah, supaya bisa ke sini, buruan pesan tiket pesawat murah ke Bandung dengan mengakses tripcetera.

Kamu juga bisa mendapatkan penginapan murah terbaik di bandung dengan harga terjangkau lewat tripcetera, ya!

ingin jalan-jalan ke kota bandung? dapatkan rental mobil murah hanya di tripcetera

5 Rumah Adat Kalimantan Beserta Sejarah, Gambar & Penjelasan

Rumah adat kalimantan

Rumah adat Kalimantan – Kalimantan sangat kaya dengan berbagai macam kebudayaan dari mulai sumber daya alam, kuliner hingga rumah adat.

Seperti daerah lain di Indonesia, Kalimantan juga mempunyai rumah Adat dengan ciri khas sendiri yang sebagian besar berbahan kayu dengan bentuk menjulang tinggi dan memanjang.

Bentuk rumah adat kalimantan tersebut menyesuaikan dengan kondisi alam geografisnya yang dipenuhi dengan hutan dan pepohonan besar, sehingga rumah yang di bangun harus kuat serta bisa melindungi penghuni nya dari hewan buas dan cuaca ekstrim.

berikut ini adalah beberapa rumah adat yang ada di kalimantan dengan desain bangunan yang sangat unik serta menjunjung tinggi nilai tradisi yang ada.

1. Rumah Betang, Rumah Adat Kalimantan Tengah

rumah adat betang khas kalimantan tengah

Rumah betang merupakan salah satu rumah adat khas kalimantan yang banyak tersebar di daerah hulu sungai serta menjadi tempat tinggal dari suku dayak.

rumah betang berada di daerah aliran sungai karena banyak suku dayak yang menjadikan sungai sebagai jalur transportasi mereka.

Suku dayak biasanya menggunakan aliran sungai sebagai sarana berdagang, bertukar barang, pergi ke ladang atau jalur melakukan aktifitas keseharian lain.

Dari segi bentuk bangunan, rumah betang mempunyai bentuk memanjang bahkan hingga mencapai 150 meter dengan lebar 30 meter dengan tipe panggung setinggi 3-5 meter untuk menghindari banjir saat musim hujan.

Rumah betang biasanya tidak dihuni satu keluarga, namun bisa di huni beberapa keluarga dengan masing-masing bilik yang telah disekat.

2. Rumah Panjang, Rumah Adat Kalimantan Barat

Rumah Panjang, Rumah Adat Kalimantan Barat

Seperti halnya rumah betang, rumah panjang juga dihuni oleh banyak keluarga. rumah panjang mempunyai 50 ruangan dengan banyak dapur yang bisa menampung masing-masing keluarga di tiap ruangan yang telah di sediakan.

rumah panjang khas kalimantan barat ini biasanya di bangun diatas tanah dengan ketinggian 5-8 meter seperti halnya rumah panggung, Untuk memasuki rumah panjang disediakan anak tangga yang disebut tangka. rumah ini mempunyai lebar bangunan sekitar 6 meter dan panjang mencapai 186 meter.

3. Rumah Lamin, Rumah Adat Kalimantan Timur

Rumah Lamin, Rumah Adat Kalimantan Timur

Rumah Lamin adalah rumah adat suku dayak yang ada di daerah kalimantan timur, rumah lamin berbentuk memanjang dan bertipe panggung.

Panjang rumah lamin bisa mencapai 200 meter dan jarak kolong rumah sekitar 3 meter. Rumah lamin di huni beberapa keluarga yang dipisahkan oleh masing-masing ruangan.

Bagian depan rumah ini berfungsi untuk menerima tamu dan upacara adat, sedangkan bagian belakang berisi kamar-kamar yang memiliki ukuran yang sangat luas.

Rumah lamin di topang oleh tiang-tiang besar dari dasar rumah menahan atap dan kolong rumah, tiang-tiang nya biasanya diukir dengan motif khas suku dayak dengan tujuan menghalau roh jahat.

Lantai rumah ini terdiri dari balok-balok kayu yang disusun rapi, pintu masuknya dari bagian samping dengan beberapa pintu yang terhubung dengan anak tangga.

4. Rumah Banjar, Rumah Adat Kalimantan Selatan

Rumah Banjar, Rumah Adat Khas Kalimantan Selatan

Rumah banjar bubungan tinggi atau biasa disebut rumah banjar adalah rumah adat suku banjar yang ada di kalimantan selatan.

rumah adat ini mempunyai atap berbentuk lancip bersudut 45 derajat, rumah banjar diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 saat daerah banjar berada di bawah kekuasaan pangeran samudra.

Mulanya bangunan rumah adat ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat memanjang ke depan. Namun, dalam perkembangannya bentuk tersebut kemudian ditambah di samping kiri dan kanan yang disebut anjung. Serta agak ke belakang ditambah sebuah ruangan yang memiliki panjang sama.

5. Rumah Baloy, Rumah Adat Kalimantan Utara

Rumah Baloy, Rumah Adat Khas Kalimantan Utara

Rumah Adat baloy merupakan rumah adat khas kalimantan utara, rumah adat ini berbentuk panggung yang di bangun menggunakan kayu ulin, penggunaan kayu ulin karena sifatnya yang sangat keras, kayu ulin juga di gunakan sebagai bahan bangunan rumah adat lain di kalimantan.

Rumah adat ini mempunyai ciri khas berupa ukiran dengan motif pesisir pantai yang banyak ditempati oleh suku tidung. Pengaturan arah rumah Baloy tergolong unik dimana diatur sedemikian rupa menghadap ke utara dengan pintu utama menghadap ke arah selatan.

Baca Juga : Rumah Gadang, Fakta dan Sejarah Rumah Adat Minangkabau

Demikian lah daftar 5 rumah adat khas kalimantan yang unik dan menarik, agar liburan kalian makin mudah, jangan lupa pesan tiket pesawat dan hotel murah